Tempo
hari waktu Nazaruddin masih dalam pelariannya di luar negeri, dan masih
tidak terlacak sampai beberapa bulan, harapan bahwa dia akan ditemukan
kembali semakin menipis. Bahkan banyak orang sudah mengira dia bakal
tidak akan ditemukan dalam waktu yang lama.
Namun
karena dari tempat persembunyiannya Nazaruddin terus melemparkan
berbagai tuduhan korupsi ke banyak petinggi Demokrat, terutama sekali
Anas Urbaningrum dan Angelina Sondakh, mereka pun semakin gerah.
“Kalau
dia jantan, seharusnya pulang baik-baik ke Tanah Air. Dan kalau benar
punya bukti-bukti hukum seperti yang dia katakan berkali-kali di
televisi itu, serahkan kepada polisi atau KPK untuk diselesaikan secara
hukum”, begitu kata mereka berkali-kali ketika ditanya tentang tudingan
Nazarudin itu.
Angelina
Sondakh dengan gaya mencibir juga mengatakan Nazaruddin sebagai sosok
laki-laki pengecut, yang tidak berani kembali ke Indonesia untuk
menyelesaikan perkara ini secara hukum di antara mereka. “Saya yang
perempuan saja berani, masa dia laki-laki tidak berani”, kata Angelina
waktu itu (Kompas.com 23 Juli 2011)..
Orang-orang ini, seperti yang pernah saya tulis dalam artikel berjudul Nazaruddin Tidak Jantan, Bagaimana dengan Anas cs?
Sesungguhnya berani mengeluarkan tantangan tersebut karena merasa yakin
Nazaruddin tidak bakal berani pulang, dan kecil kemungkinan dia
ditemukan oleh aparat berwenang Indonesia.
Para petinggi Demokrat itu sesungguhnya sangat mengharapkan Nazaruddin
benar-benar tidak lagi bisa kembali ke Tanah Air. Kalau bisa selamanya. Sial
bagi mereka, justru itu yang terjadi. Secara tak sengaja aparat
keamanan di Cartagena, Columbia pada Agustus 2011 menangkap Nazaruddin.
Maka Nazaruddin pun “terpaksa” dibawa kembali ke Tanah Air. Dan,
mulailah topan-badai itu melanda langsung dari jarak dekat.
Setelah
Nazaruddin kembali dan proses hukum mulai berjalan terhadapnya,
mulailah terbukti bahwa sesungguhnya siapa itu yang tidak jantan.
Angelina
Sondakh yang tempo hari mencibir Nazaruddin sebagai laki-laki pengecut,
yang tidak punya keberanian berhadapan dengan mereka, padahal dia
perempuan malah lebih berani, terbukti sekarang malah untuk mengakui
punya BlackBerry sejak sebelum akhir 2010 saja tidak berani. Meskipun
bukti-bukti berupa foto-foto sudah lebih dari cukup berbicara bahwa dia
benar sudah punya BB sebelum akhir 2010. Demi untuk mendukung
ketidakberaniannya mengakui adanya percakapan dia dengan Mindo Rosalina Manulang, yang transkripnya sudah dimiliki KPK.
Angelina Sondakh tetap membantah pernah punya BB sebelum akhir 2010. Meskipun foto seperti ini membuktikan sebaliknya. |
Ketika
dia hendak dikonfrontir kesaksiannya dengan Mindo di persidangan, entah
hasil rekayasa siapa, konfrontir itu tidak jadi dilakukan dengan alasan
Mindo sakit. Jelas, ada yang ketakutan kalau konfrontir itu benar-benar
dilakukan.
Pada
waktu memberi kesaksian di pengadilan Tipikor yang mengadili Nazaruddin
pun ternyata selama memberi kesaksian itu Angelina Sondakh sekalipun
tidak berani memandang ke arah Nazaruddin. Bahkan ketika Nazaruddin
bertanya kepadanya, dia malah menjawabnya ke Hakim Ketua. Membuat Hakim
Ketua Dharmawaningsih itu memperingatkan Angelina bahwa supaya
jawabannya itu diarahkan ke terdakwa (Nazaruddin) yang bertanya. Namun
Angelina tetap tak berani memandang ke arah Nazaruddin. Pertanyaan
Nazaruddin malah terus dijawab dengan terlebih dahulu mengatakan, “Yang
Mulia, …” Seolah-olah Hakim yang bertanya kepadanya.
*
Bagaimana dengan Anas Urbaningrum?
Anas
juga adalah bagian dari petinggi Demokrat, — bahkan yang paling utama,
yang pernah menantang Nazaruddin; kalau benar-benar jantan supaya
kembali ke Tanah Air untuk mengikuti proses hukum demi membuktikan semua
tuduhannya kepadanya itu.
Namun
anehnya, untuk menjadi saksi di pengadilan Tipikor yang sedang
mengadili Nazaruddin itu saja, ternyata Anas tidak mau (tidak berani?).
Dia tidak bersedia menjadi saksi, meskipun hakim tidak keberatan
mendengar kesaksiannya itu. Anas menolak menjadi saksi dengan alasan
“itu tidak relevan” (komentarnya Senin, 12 Maret 2012, yang
ditayang Metro TV). Padahal kesaksiannya itu diperlukan untuk bisa
lebih memperlancar jalannya persidangan. Bagaimana bisa Anas mengatakan
kesaksiannya itu tidak relevan, sedangkan majelis hakim tidak menilainya
seperti itu.
Pernyataan
Anas ini sama saja dengan pernyataannya baru-baru ini yang mendikte KPK
yang sudah setahun ini memeriksa kasus korupsi Hambalang itu. Hari
Minggu, 11 Maret 2012, Anas bilang ke KPK agar tidak perlu repot-repot
mengurus kasus Hambalang itu karena semua itu hanya berasal dari ocehan,
dan karangan semata. Padahal jelas0jelas di KPK itu terdiri dari
orang-orang yang sangat profesional, yang pasti lebih dari bisa
membedakan mana yang fiksi, mana yang fakta (hukum).
Tempo
hari ketika Nazaruddin baru ditangkap dan kembali ke Tanah Air, ketika
ada desakan kesaksian dan keterangan Nazaruddin di KPK dikonfrontir
dengan Anas Urbaningrum, KPK yang waktu itu masih diketuai Busyro
Muqqodas tidak mengabulkannya. Dengan memberi alasan yang aneh: Takut
kalau kedua bekas sobat kental itu dikonfrontir akan terjadi keributan
di antara mereka berdua (berkelahi?). Memangnya KPK dan aparat keamaan
tidak akan mampu mencegah hal itu? Saya menduga ini ada intervensi dari
pihak Anas yang meminta konfrontir itu jangan dilakukan.
Inidkasi
ini bisa jadi benar, mengingat sampai hari ini Anas pun tidak punya
keberanian untuk menjadi saksi di persidangan Nazaruddin. Kenapa Anas
tidak mau memberi kesaksiannya itu? Kemungkinan besar dia takur
berhadapan dengan Nazaruddin. Bahkan mungkin untuk menatap mata
Nazaruddin saja Anas tidak punya nyali. Seperti yang telah terjadi
dengan Angelina Sondakh. Dan, entah kenapa sampai begini lama, KPK belum
juga memeriksa Anas. Belum juga menahan Angelina Sondakh setelah satu
bulan lebih dia ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.
Anas
hanya bisa terus mengatakan bahwa semua tuduhan Nazaruddin kepadanya
itu hanyalah fiktif, ocehan dan karangan semata. Tanpa ada inisiatif
sedikitpun dari pihaknya untuk melakukan sesuatu yang berupa tindakan
dan bukti nyata, yang bisa meyakinkan publik bahwa semua tuduhan itu
benar hanyalah fiktif (tentang ini pernah saya tulis di Kompasiana, dengan judul Anas cs Sebaiknya Berinisiatif).
Berjuta-juta kali dia menyangkal, kalau hanya dengan kata-kata saja,
sudah pasti itu hanya mubazir saja. Tidak ada yang percaya.
Keberanian
Anas hanya sebatas mengatakan: “Jika Anas terbukti melakukan korupsi di
Hambalang, gantung Anas di Monas!” Sama seperti dengan ketika dia
menantang Nazaruddin agar kembali ke Tanah Air. Waktu itu Anas (cs) berani menantang Nazaruddin seperti itu, karena dia dan kawan-kawannya yakin Nazaruddin tidak bakal kembali.
Sekarang,
Anas berani mengatakan, siap digantung di Monas kalau terbukti korupsi
di Hambalang, karena dia yakin bahwa hukum di Indonesia tidak mungkin
mempraktekkan hal demikian. Anas lupa, bahwa apabila sampai terjadi
anarkisme dari rakyat, bisa jadi (kalau kelak dia terbukti) rakyat yang
kemarahannya sudah lama terpendam bisa saja benar-benar
menggantungkannya di Monas.
Sebenarnya,
Anas sampai mengucapkan kata-kata itu (“gantung Anas di Monas”) karena
dia sudah geram dengan tuduhan dan kesaksian-kesaksian di persidangan
yang terus-menerus menyebutkan namanya itu. Tetapi bersamaan dengan itu
dia merasa tidak berdaya untuk bisa meyakinkan publik bahwa semua
tuduhan dan kesaksian itu tidak benar, selain hanya membantah dengan
kata-kata. Apakah ketidakberdayaan itu karena Anas memang tidak bisa
membuktikan secara hukum bahwa dia memang tidak terlibat?
Menanggapi
pernyataan Anas Urbaningrum yang berani menjamin bahwa dia tidak
korupsi dalam proyek Hambalang, dan kalau terbukti dia siap digantung di
Monas, Nazaruddin balik menantang Anas, agar kalau benar-benar berani
mereka berdua melakukan sumpah pocong saja (Metro TV, 12/03/2012).
“Kalau
di dunia ini sudah rekayasa politik, kalau memang sumpah pocong itu
bisa jadi bukti nyata, ayo saya berani sumpah pocong sama Anas. Siapa
yang benar, siapa yang bohong. Tapi, harus benar-benar, apakah Anas
berani dan bisa terealisasi,” kata Nazaruddin.
Antara
tantangan Anas (siap digantung di Monas) dengan tantangan Nazaruddin
(sumpah pocong) ini, maka sebenarnya yang lebih mungkin bisa
dilaksanakan adalah tantangan Nazaruddin. Apakah Anas berani menerima
tantangan balik Nazaruddin ini?
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar